Glitter Words

Sabtu, 10 Oktober 2009

PELANTIKAN PENGURUS OSIS GAYA JAWA



ASYIKNYA BERBUSANA ADAT JAWA


Rabu, 7 Oktober 2009 seluruh warga SMA Sang Timur yang terletak di Jln. Batikan 7 Yogyakarta merasakan asyiknya berbusana adat Jawa. Pasalnya pada hari itu semua warga sekolah yang terdiri siswa, guru dan karyawan mengikuti upacara memperingati hari jadi Kota Yogyakarta ke 253 dengan busana lain dari biasanya.. Upacara kali ini tampak istimewa semua peserta upacara tampak gagah, cantik serta luwes dengan mengenakan busana adat Jawa khususnya gaya Yogyakarta.


Peserta upacara berbusana kejawen


Hormat bendera dwi warna


Pada saat yang bersamaan juga dilaksanakan pelantikan pengurus OSIS masa bakti 2009-2010. Penyerahan estafet kepemimpinan OSIS SMA Sang Timur Yogyakarta oleh ketua OSIS masa bakti 2009 Yoseph Baskoro kelas XII IPS kepada ketua OSIS terpilih melalui MUBES OSIS V Veryco Budianto kelas XI IPA ditandai dengan penyerahan keris dan dilanjutkan pengucapan janji pengurus OSIS yang ditirukan oleh seluruh pengurus OSIS terpilih.


Veryco, Ketua OSIS masa bakti 2009 - 2010 mengucapkan janji diikuti oleh pengurus lainnya


Asyiknya berbusana adat Jawa gaya Yogyakarta ini berlanjut saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Situasi ini mengingatkan kita pada jaman dulu para siswa juga mengenakan busana Jawa saat belajar di sekolah. Serasa kembali ke masa lampau, siswa berblangkon dan siswi berkebaya. Pak guru yang berblangkon dan bu guru yang berkonde ria, sanggul ala salon benar-benar pemandangan yang mengasyikkan. Perbedaan situasi begitu terasa ketika berlangsungnya kegiatan belajar, dulu para siswa menulis di sabak dan alat tulisnya disebut grip kini para siswa menulis di kertas menggunakan bolpoin. Dulu para guru menulis di papan tulis menggunakan kapur dan mengajar dengan ceramah terus menerus namun kini di SMA Sang Timur para guru menggunakan spidol dan kadang duduk manis menyimak para siswa presentasi di kelas menggunakan alat bantu LCD dan Laptop bahkan ada siswa yang melakukan kegiatan praktikum.

Zaman memang sudah berubah, teknologi semakin canggih, gaya hidup dan pola berpikir sebagian orang sudah bergeser. Lalu apa yang masih tertinggal sebagai bentuk kepedulian untuk melestarikan warisan budaya Jawa ? Paling tidak masih ada keinginan untuk menengok ke belakang menyadari betapa besar perjuangan para leluhur dan para pejuang untuk merebut kembali tanah subur bumi Mataram dari keserakahan penjajah. Diawali dengan Perjanjian Giyanti maka jadilah Kerajaan Mataram yang tersohor itu terbagi menjadi 2 bagian, sebelah timur Kasunanan Surakarta dan sebelah barat Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Di tanah Ngayogyakarta ( sebut Yogyakarta ) inilah sekarang kakiku berpijak.

Bersama SMA Sang Timur Yogyakarta para siswa mencoba untuk ikut melestarikan warisan budaya Jawa yang adiluhung antara lain dengan mengikuti pelajaran bahasa Jawa dengan sungguh-sungguh, berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa pada hari tertentu, mengerjakan tugas keterampilan Batik ( dibimbing bapak David Mohedjatun) dengan baik dan mengenakan busana batik setiap hari Jum’at dan Sabtu. Itulah komitmen SMA Sang Timur dalam upaya mengajak para siswanya mencintai budaya Jawa.